TEMANGGUNG – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DINPUSIP) Kabupaten Temanggung kembali membuat inovasi berupa kegiatan mendongeng untuk anak, guna memenuhi fungsi perpustakaan sebagai wahana pendidikan dan rekreasi, serta untuk mendukung program transformasi perpustakaaan berbasis inklusi sosial dengan perpustakaan sebagai tempat berkegiatan dan tempat belajar sepanjang hayat. Kegiatan mendongeng tersebut diberi nama MENDOAN TEMANGGUNG (Mendongeng Anak Temanggung).
MENDOAN TEMANGGUNG merupakan kegiatan mendongeng untuk anak-anak dengan sumber cerita muatan lokal Temanggung yang menjadi koleksi Perpustakaan Kabupaten Temanggung yang dilakukan secara online (lewat youtube) maupun secara langsung. Saat ini karena masih dalam suasana pandemi Covid-19, MENDOAN TEMANGGUNG dilakasanakan melalui channel youtube DINPUSIP Kab. Temanggung setiap hari jumat pada minggu kedua dan keempat mulai tanggal 15 Oktober 2021.
Penayangan MENDOAN TEMANGGUNG kali ini mengangkat 16 cerita rakyat Temanggung secara bertahap, yang bersumber pada buku Kumpulan Cerita Rakyat Temanggung karya M. Sugeng Susianto, guru sekaligus pendongeng asal Temanggung. M. Sugeng Susianto (Pak Sugeng) inilah yang nantinya akan mendongeng di acara MENDOAN TEMANGGUNG. Selain Pak Sugeng, MENDOAN TEMANGGUNG juga akan dibawakan oleh pendongeng asal Temanggung lainnya seperti Mas Yuli, Kangmas Seno, Bunda Pethri, Adek Jagat, dll.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Temanggung, Bapak Ir. Suminar Budi Setiawan, MM menyatakan bahwa, ”... Mendongeng adalah salah satu metode yang sangat efektif dalam mendukung pembelajaran dan pendampingan kepada anak. Anak-anak akan lebih senang menerima materi yang disampaikan dengan mendongeng. Oleh karenanya sebagai instansi yang memiliki fungsi wahana pendidikan dan rekreasi, DINPUSIP Kabupaten Temanggung mengadakan kegiatan MENDOAN TEMANGGUNG....”
Adapun maksud dan tujuan diadakannya kegiatan MENDOAN TEMANGGUNG diantaranya adalah : Merangsang minat baca anak-anak, sebagai referensi/contoh langsung bagi tenaga pengajar maupun siswa-siswi yang akan mengikuti lomba mendogeng, mengenalkan budaya, kebiasaan atau adat istiadat suatu daerah melalui dongeng, meningkatkan daya imajinasi anak dan pengalaman emosional, membangun kebutuhan akan informasi sejak dini, sebagai kegiatan promosi perpustakaan serta sebagai media yang paling baik untuk mengajarkan bahasa dan literasi.